Sumber :https://fkm.unej.ac.id/r
pendahuluan
Cemaran plastik telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan secara global. Hal ini ditandai dengan mikroplastik ukuran yang sangat kecil kurang dari 5 mm kini sudah terdistribusi pada ekosistem laut (Purba et al. 2019).
Adanya mikroplastik pada ekosistem laut, menimbulkan kekhawatiran terhadap rantai pangan laut seperti ikan dan kerang kerangan menjadi sumber utama
paparan mikroplastik ke dalam tubuh manusia (Li et al. 2022). Hal ini semakin mengancam potensi pangan laut Indonesia yang melimpah dan kaya akan zat gizi.
Pangan laut Indonesia kaya akan zat gizi
esensial seperti protein hewani berkualitas tinggi, asam lemak omega-3, dan mineral yang penting untuk kesehatan saraf (Azrita et al. 2024). Adanya kontaminasi antara mikroplastik dan pangan laut memicu pertimbangan masyarakat dalam mengonsumsi pangan laut.
Kontaminasi mikroplastik ke dalam pangan laut menimbulkan ancaman terhadap keamanan
pangan. Berdasarkan UU No. 18 tahun 2012, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Mikroplastik dalam makanan berkontribusi merusak sel saraf karena mampu menembus penghalangan pelindung
otak dan menyebabkan kerusakan sistem saraf otak (Gecegelen et al. 2025).
Selain itu, kontaminasi mikroplastik juga dapat mengganggu keseimbangan protein sel dan meningkatkan pembentukan
protein β-amiloid sehingga terjadi pembentukan plak di jaringan otak penderita Alzheimer (Gecegelen
et al. 2025).
Hal ini menunjukkan bahwa paparan mikroplastik melalui makanan menjadi faktorpenting yang dapat meningkatkan risiko Alzheimer (Gecegelen et al. 2025).
Menghindari konsumsi pangan laut bukanlah solusi yang bijak, karena pangan laut memiliki kandungan gizi esensial yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang berfokus pada pencegahan/pengurangan kontaminasi mikroplastik pada produk pangan. Salah satu cara efektif untuk mencegah/mengurangi kontaminasi mikroplastik pada produk pangan melalui strategi pengolahan pangan laut yang tepat.
Beberapa metode pengolahan tradisional seperti penggorengan dan pengukusan terbukti memengaruhi kandungan mikroplastik dalam bahan pangan
(Eshun dan Pobee 2022; Li et al. 2022).
Oleh karena itu, esai ini akan membahas terkait strategi pengolahan pangan laut yang efektif untuk meminimalkan kontaminasi mikroplastik dan mencegah terjadinya penyakit Alzheimer. Selain itu, esai ini juga memberikan rekomendasi praktik untuk meningkatkan keamanan pangan dan
mendukung SDGs no.3 yaitu kehidupan sehat dan sejahtera.
Pembahasan Potensi & Tantangan Pangan Laut Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya perikanan seperti ikan, kerang, udang, dan hasil laut lainnya. Potensi pangan laut Indonesia dapat mendukung ketahanan pangan nasional, perekonomian, dan meningkatkan ekspor pangan laut ke luar negeri (Eshun dan
Pobee 2022).
Pangan laut Indonesia dapat mendukung ketahanan pangan dan kesehatan karena kaya akan zat gizi esensial. Pangan laut Indonesia kaya akan protein (21-24%), asam amino omega-3 dan omega—6, beragam mineral seperti kalsium, zat besi, seng, dan magnesium (Azrita et al. 2024). Zat
gizi esensial ini penting untuk menjaga kesehatan otak dan sistem saraf pusat. Selain itu, pangan laut yang beragam berpotensi dalam mengembangkan produk olahan laut yang bernilai ekonomis tinggi (Azrita et al. 2024).
Namun, dibalik potensi pangan laut Indonesia yang beragam, terdapat tantangan
besar salah satunya pencemaran lingkungan yang dapat menurunkan kualitas pangan laut Indonesia. Pencemaran lingkungan seperti adanya mikroplastik pada ekosistem laut dapat menyebabkan kontaminasi mikroplastik pada pangan laut. Hal ini berbahaya bagi kesehatan dan keamanan pangan karena bahan kimia beracun dan kontaminan masuk ke dalam pangan laut (Purba et al. 2019).
Adanyakontaminasi mikroplastik ini juga dapat menurunkan kandungan gizi esensial pada ikan laut seperti protein, asam lemak, mineral, dan vitamin (Li et al. 2022). Seiring meningkatkan kebutuhan pangan masyarakat terhadap pangan laut, memastikan pangan laut bebas mikroplastik penting dilakukan untuk mendukung ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, langkah-langkah seperti pengawasan produk pangan laut, regulasi, dan edukasi kepada masyarakat tentang pengolahan pangan laut yang baik harus dilakukan untuk memastikan pangan laut aman dikonsumsi
dan kebutuhan gizi dapat terpenuhi.
Dampak Mikroplastik terhadap Kesehatan

Paparan mikroplastik dalam pangan laut menjadi ancaman bagi kesehatan manusia.
Keberadaan mikroplastik terbukti ditemukan pada jaringan tubuh manusia seperti darah, paru-paru, dan otak. Mikroplastik dengan ukuran nano partikel bersifat toksik pada sistem saraf pusat manusia.
Ketika masuk ke dalam tubuh, mikroplastik dapat menembus penghalang darah otak dan
menyebabkan peradangan, stress oksidatif, dan kerusakan sel-sel saraf (Li et al. 2022). Menurut Gacegelen et al. (2025), beberapa mekanisme mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan sel saraf
sebagai berikut.
Pertama, – mikroplastik menyebabkan peningkatan stress oksidatif pada sel saraf dengan produksi radikal (Reactive Oxygen Species). Stress oksidatif ini dapat menimbulkan kerusakan membran sel saraf, DNA, dan organel sel yang menyebabkan kematian sel saraf dan gangguan fungsi
kognitif. Kedua, mikroplastik menyebabkan kerusakan sel saraf melalui aktivasi mikroglia (sel imun) di otak.
Hal ini menyebabkan inflamasi sel saraf kronis dengan mengeluarkan sitokin dan mediator inflamasi penyebab kerusakan jaringan sel saraf. Aktivasi mikroglia ini mempercepat kerusakan dan kehilangan fungsi sel-sel saraf di otak. Ketiga, mikroplastik memicu Alzheimer melalui kontaminan yang terdapat di dalamnya. Mikroplastik mengandung kontaminan seperti polutan organik persisten
dan logam berat yang bersifat racun pada sistem saraf otak. Perpindahan kontaminan ini ke dalam sistem saraf otak menyebabkan kerusakan saraf yang semakin parah dan memicu penyakit kerusakan saraf otak seperti Alzheimer. Kontaminasi mikroplastik dalam pangan laut sangat berbahaya bagi sistem saraf otak karena menyebabkan kerusakan sel saraf melalui stress oksidatif, peradangan sel saraf, dan keracunan bahan
kimia. Mekanisme ini dapat mempercepat kerusakan dan kehilangan fungsi sel-sel saraf di otak dan memicu penyakit Alzheimer.
Strategi Pengolahan Pangan Laut Bebas Mikroplastik Pengurangan risiko kerusakan dan kehilangan fungsi sel-sel saraf otak akibat paparan mikroplastik sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit Alzheimer. Salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu melakukan pengolahan pangan laut yang tepat. Pengolahan pangan laut yang tepat bertujuan untuk meminimalkan risiko kontaminasi mikroplastik sehingga pangan laut aman dikonsumsi. Beberapa strategi pengolahan untuk mengurangi paparan mikroplastik
dalam pangan laut sebagai berikut.
Pertama, menghilangkan saluran pencernaan hewan laut. Menghilangkan bagian usus yang berpotensi menampung mikroplastik terbukti dapat mengurangi mikroplastik yang terdapat di dalam
pangan laut saat dimasak. Pencucian pangan laut dengan air bersih menggunakan sikat lembut dapat mengurangi mikroplastik pada permukaannya (Eshun dan Pobee 2022). Selain itu, penggunaan adsorben seperti karbon aktif pada saat pencucian, terbukti dapat menyerap partikel mikroplastik
pada air bekas cucian (Azrita et al. 2024). Meskipun pencucian dengan air bersih efektif untuk mengurangi paparan mikroplastik dalam pangan laut, namun metode ini tidak menghilangkan
paparan yang berada di dalam jaringan.
Oleh karena itu, perlu dikombinasikan dengan metode pemasakan pangan laut.
Setelah proses pembersihan pangan laut, dapat dilakukan pengolahan pangan laut dengan metode memasak seperti merebus dan mengukus. Metode ini terbukti mampu mengurangi jumlah mikroplastik di dalamnya, meskipun tidak menghilangkan mikroplastik secara menyeluruh. Namun,
dibandingkan dengan metode pengolahan lainnya, metode merebus dan mengukus lebih efektif mengurangi jumlah mikroplastik. Pengukusan pada kerang laut terbukti menurunkan jumlah mikroplastik di dalamnya (Li et al. 2022).
Selain itu, penggunaan bahan alami seperti polifenol tanaman (teh hijau, minyak zaitun, atau ekstrak buah-buahan) berpotensi dalam menyerap dan mengurangi mikroplastik dalam pangan laut. Polifenol bersifat sebagai antioksidan dan dapat berinteraksi dengan
mikroplastik. Hal ini mampu mengurangi jumlah mikroplastik yang terdapat pada pangan laut (Gecegelen et al. 2025).
Tidak hanya itu, fermentasi pangan laut juga dapat memengaruhi jumlah mikroplastik dalam pangan laut. Fermentasi mampu mengubah struktur biologis dan kimia sehingga mengurangi kontaminan melalui aktivasi enzim dan proses biokimia. Mekanisme ini berpotensi menurunkan
jumlah mikroplastik pada pangan laut (Gecegelen et al. 2025). Metode terbaru yang berkembang yaitu penggunaan teknologi emerging seperti mengambil isolat protein dari pangan laut. Metode ini tidak hanya mempertahankan zat gizi esensial bagi tubuh tetapi juga memisahkan mikroplastik dari pangan laut sehingga aman dikonsumsi (Azrita et al. 2024).
Disisi lain, masyarakat penting untuk memahami bahwa metode pengolahan seperti penggorengan sebaiknya dihindari. Penggorengan terbukti dapat meningkatkan kandungan mikroplastik dalam pangan laut (Li et al. 2022).
Hal ini terjadi karena suhu tinggi penggorengan menyebabkan partikel mikroplastik yang menempel pada pangan laut pecah sehingga meningkatkan
jumlah mikroplastik yang tersebar dalam pangan. Selain itu, paparan panas menyebabkan perubahan ukuran menjadi lebih kecil, sehingga memudahkan perpindahan mikroplastik ke dalam jaringan
pangan laut dan meningkatkan risiko paparan (Li et al. 2022). Dengan demikian, pemilihan metode pengolahan yang tepat sangat penting untuk meminimalkan paparan mikroplastik dan melindungi
kesehatan masyarakat terutama mencegah terjadinya penyakit Alzheimer.
Kesimpulan & Saran
Indonesia memiliki potensi pangan laut yang beragam dan kaya akan zat gizi esensial yang
berperan penting dalam ketahanan pangan, kesehatan, dan meningkatkan nilai ekonomi. Namun,pencemaran lingkungan seperti meningkatnya paparan mikroplastik pada ekosistem laut dapat menurunkan kualitas dan keamanan pangan laut. Paparan mikroplastik tidak hanya berdampak bagi
lingkungan, tetapi juga berkontribusi besar terhadap kesehatan manusia karena dapat menyebabkankerusakan dan kehilangan fungsi sel-sel saraf otak dan memicu gangguan sel saraf seperti Alzheimer.
Oleh karena itu, diperlukan strategi pengolahan pangan laut yang tepat untuk meminimalkan kontaminasi mikroplastik sebelum dikonsumsi. Strategi pengolahan pangan laut seperti penghilangan
saluran pencernaan hewan laut, pencucian bersih, merebus, mengukus, penggunaan bahan alami seperti polifenol, fermentasi pangan laut, dan teknologi emerging seperti isolate protein efektif mengurangi jumlah kontaminasi mikroplastik dan meningkatkan keamanan pangan laut. Selain itu,
juga diperlukan peningkatan standar kualitas dan pengawasan produk pangan laut untuk
mengendalikan mutu dan keamanan pangan laut. Dengan demikian, pengolahan pangan laut yang tepat menjadi kunci dalam menghadapi tantangan kontaminas mikroplastik. Hal ini penting dilakukan
untuk mendukung keberlanjutan ketahanan pangan, kesehatan, dan sektor pangan laut Indonesia.
Referensi
Azrita A, Syandri H, Zakeri H, Damanhuri H, Aryani N. 2024. Analysis of Fatty Acids and Amino Acids of
Three Local Freshwater Bagridae Fish Species in the Kampar Kanan River, Indonesia, for Food
Security. Int J Food Sci. 2024. doi:10.1155/2024/6639837.
Eshun F, Pobee ANA. 2022. Effects of frying on microplastics load in fish and implications on health.
Food Front. 3(4):543–549. doi:10.1002/fft2.164.
Gecegelen E, Ucdal M, Dogu BB. 2025. A novel risk factor for dementia: chronic microplastic exposure.
Front Neurol. 16 May:1–10. doi:10.3389/fneur.2025.1581109.
Li J, Zhang L, Dang X, Su L, Jabeen K, Wang H, Wang Z. 2022. Effects of cooking methods on
microplastics in dried shellfish. Sci Total Environ. 837 May:155787.
doi:10.1016/j.scitotenv.2022.155787.
Purba NP, Handyman DIW, Pribadi TD, Syakti AD, Pranowo WS, Harvey A, Ihsan YN. 2019. Marine
debris in Indonesia: A review of research and status. Mar Pollut Bull. 146 March:134–144.
doi:10.1016/j.marpolbul.2019.05.057
Artikel ini telah dibuat oleh pena:
Amelia Nur Khasanah
Gmail: [email protected]












