Oleh: Annisa Nur Fitri Umami
Email: [email protected]
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2025
Cumi-cumi (cephalopoda) sering kali menjadi lauk favorit masyarakat karena memiliki
rasa yang enak dan gurih ketika di konsumsi dan memiliki sumber protein laut. Namun, dibalik rasanya yang gurih, hewan laut ini ternyata menyimpan ancaman tersembunyi terhadap kesehatan masyarakat karena cumi-cumi dapat mengakumulasi logam berat seperti kadmium (Cd) (Garofalo et al. 2025). Kadmium (Cd) merupakan unsur kimia dari golongan logam berat yang bersifat toksik (beracun) sehingga dapat membahayakan lingkungan maupun kesehatan
masyarakat yang mengkonsumsi hewan laut yang telah terpapar kadmium (Permana et al.
2023).
Dampak Limbah Industri
Perairan dapat tercemar oleh logam berat karena berasal dari limbah industri, pestisida,
bahan bakar dari perahu atau kapal, maupun aktivitas pertambangan. Makhluk hidup seperti
cumi-cumi, karena hidup di dasar laut, cumi-cumi dapat berisiko tinggi terhadap penyerapan
logam tersebut ke dalam jaringan tubuh dan sangat beresiko terhadap kesehatan masyarakat,
terutama pada bagian organ hati dan ginjal (Fadhilah dan Fitria 2020). Oleh karena itu,
pengawasan perlu dilakukan secara berkala. Pencegahan cemaran kadmium pada rantai pasok
cumi-cumi memerlukan pendekatan terpadu seperti pengendalian sumber pencemar,
monitoring perairan dan produk, praktik penangkapan dan pengolahan yang aman,
serta kebijakan dan edukasi konsumen. Berikut beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan
1. Pengendalian pengelolaan limbah industri dan domestik, pembatasan pembuangan
logam berat dari industri, tambang, dan pelabuhan perairan pesisir melalui penerapan
proteksi lingkungan dan teknologi limbah.
2. Dilakukan seleksi bahan baku cumi-cumi dari wilayah penangkapan atau budidaya
cumi-cumi yang bebas dari aktivitas industri dan pertambangan.
3. Dilakukan pengujian laboratorium terhadap kandungan logam cadmium sebelum
dilakukan distribusi atau ekspor untuk menjamin keamanan pada cumi-cumi sebelum
dikonsumsi oleh Masyarakat.
4. Melakukan edukasi terhadap nelayan dan konsumen, tentang sumber perairan yang
rawan akan pencemaran logam berat seperti kadmium, cara pengolahan cumi-cumi
yang tepat, seperti pencucian, pembuangan bagian orgam dalam tubuh cumi-cumi
yang berpotensi mengandung logam lebih tinggi.
5. Pemerintah dan lembaga riset dapat berkolaborasi untuk menyediakan informasi
publik terkait daerah rawan pencemaran dan hasil uji laboratorium agar konsumen
lebih waspada.
Dengan adanya penerapan yang teratur, ketat, teknologi pengolahan yang aman, serta
melakukan edukasi terhadap masyarakat dalam menjadikan cumi-cumi sebagai hewan laut
yang aman dikonsumsi dan bernilai bergizi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhilah I, Fitria L. 2020. Analisis Kadar Kadmium dan Beberapa Parameter Kunci pada Air
Lindi di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang Tahun 2018.
Jurnal Nasional Kesehatan Lingkungan Global. 1(1):36–45.
Garofalo L, Sala M, Focardi C, Pasqualetti P, Delfino D, D’Onofrio F, Droghei B, Pasquali F,
Nicolini V, Galli FS, et al. 2025. Monitoring of Cadmium, Lead, and Mercury Levels
in Seafood Products: A Ten-Year Analysis. Foods. 14(3).doi:10.3390/foods14030451.
Permana, B., Rafii, A., & Eryati, R. (2023). Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Kadmium
(Cd) Dan Tembaga (Cu) Pada Air Dan Sedimen Di Muara Perairan Kecamatan Muara
Jawa Kabupaten Kutai Kartanegara. Tropical Aquatic Sciences, 1














